Hmmm...
Waktu telah menunjukkan pukul 0:18 WIB, ketika aku masih terjaga dan masih asyik memijit tuts-tuts keyboard Laptopku. Kali ini aku akan menulis tentang suatu kenangan yang telah berlalu. Dan aku tau kenangan itu tidak akan terulang dan akan menjadi suatu catatan kecil dari sejarah hidup.
Malam ini adalah malam perpisahan Kakak-kakak Racana Suka-Nas dengan warga di Desa Binaan kita di Dusun Brongkol, Cangkringan, Sleman. Huffttt... Kenapa ya kok kita bisa melakukan hal itu, sedang setahuku dulu, bahwa pengabdian di Desa Binaan paling ndak selama kurang lebih dari dua tahun. Iya sih semenjak habis lebaran kemarin, sepertinya ada yang berubah dari temen-temen yang biasanya ngajar TPA disana tiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Jujur, aku juga sudah jarang kesana sekarang, bukan karena sudah bosan atau apa, tapi karena tugas dan laporan-laporan praktikumku yang seabrek memaksaku untuk jangan dulu maen-maen ke Brongkol seperti biasanya.
Aku ingat saat awal-awalnya kita maen ke Brongkol. Rasanya dulu tu desa itu lah yang mampu mengobati rasa rinduku dengan rumah. Belajar di TPA dengan anak-anak disana, jalan-jalan keliling perkebunan tembakau dan tomat di sore menjelang senja serta bermain "kucing-kucingan" di halaman masjid. Aku begitu bersemangat jika mau maen kesana, rasanya penatku hilang pabila telah melihat senyum lepas mereka. Tapi itu dulu, sekarang sudah tidak lagi dan jelas tadi malam kita sudah pamitan dengan warga sana.
Kegiatan itu berlanjut hingga menjelang Ramadhan tiba. Saat itu Bidang Pengembangan Masyarakat Racana Suka-Nas memiliki program yaitu Pelangi Ramadhan. Jadi teknisnya gini, kita ikut berRamadhan ria di desa Brongkol serta mengikuti adat kebiasaan yang warga lakukan selama bulan puasa. Nginepnya, kita bobok di tempat Kak Ukah dan Kak Ridwan, alumni Racana juga yang dulu juga aktif di Pramuka.
Kalian tahu, warga sangat antusias banget menyambut kedatangan kita. Sok malah kita yang lebih "diajeni" daripada anak-anak KKN UGM yang kebetulan lagi melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Brongkol. So pastilah, kita kan always ikut dalam segala kegiatan warga. Misalnya, kita ikut bantu-bantu warga yang kebetulan kebagihan untuk menyediakan Ta'jilan dan Jaburan. Teknisnya?. Ya kita datang ke rumah warga trus bantuin masak-masak disana, jadi ndak heran kalo warga sana lebih mengenal kita anak-anak Racana Suka-Nas daripada sama anak-anak KKN UGM itu.
Perlahan, aku mengingat-ingat lagi memori-memori itu. Oiyaa... saat di rumah Kak Ukah, kita selalu sahur bareng dengan keluarganya Kak Ukah, habis itu sholat berjama'ah di Masjid As Salafush Sholeh. Tyuss dilanjutkan dengan senam Pramuka. Ceilehh... Iya dumzz biar kita tetep semangat dan sehat. Senam itu kita laksanakan tiap pagi selama kita kita disana. Mpek ada cletukan "alumni Brongkol harus hafal senam Pramuka, kalo ndak malu-maluin banget gitu" hahahahaa. :D
Oiyaa, kemarin kita pas puasa bertepatan dengan bulan Agustus ya?. Yups-yups. Nah, tak kalah serunya nih, kemarin kita juga ngadain Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan yang ke 66. Tau ndak tempatnya dimana?. Di tengah Kali Gendol gitu. Dan hebatnya lagi, acara yang tak ada planning sebelumnya itu direkam di berbagai media. mulai dari media cetak sampai ke elektronik. Seneng-seneng. Kita masuk tv lho..:P. Perjuangan kita untuk bisa mengadakan upaca di Kali Gendol itu sungguh deh, tapi timbal baliknya wuihh. Warga menyambutnya dengan senang gembira. Bayangkan pas lagi puasa trus upacara di tengah kali gendol yang suuupeeerr panasnya itu, berdiri dengan setia mengikuti prosesi upacara. Mulai dari disiapkan oleh petugas, pengibaran sang saka merah putih, mendengarkan amanat inspektur upacara hingga pembacaan puisi "Pesan Dari Bumi" yang sempat membuat warga menitikkan air mata. Kirain aku sendiri yang nahan nangis mpek ndak berani tengok kanan kiri, taunya malah Ibu-ibu PKK yang jadi paduan suara di dekatku malah terisak hebat (nangis dumz, hahahaa, lebiihh).
Lanjut...
Habis itu dilanjutkan dengan lomba panjat tanggul. Lhoh kok lomba panjat tanggul?. Kalo tujuhbelasankan biasanya lomba panjat pinang?. Hehehee. Ya lha orang ndak ada pinangnya kok. Tak ada pinang tanggulpun jadi! Lomba ini terdiri dari tiga kategori, yaitu untuk bapak-bapak, pemuda dan anak-anak. Hmmm... mereka antusias banget pas lomba mau dimulai. Saat aba-aba dimulai, wuiiishhhh... para peserta berhamburan, lari, menerjang apapun yang ada didepannya untuk segera mencapai ke tanggul yang disana telah tertancap bendera merah putih. Siapa yang paling cepat meraih bendera itu so, dialah yang jadi pemenang. Meskipun panas, debu-debu bertebaran tapi semangat mereka 45 banget. Pokoknya hari itu kita seakan merasakan merdeka kembali, kita bergembira bersama merayakan hari ulang tahun bangsa kita. :)
Hingga akhirnya...
Tibalah kita di hari terakhir Giat Pelangi Ramadhan ini. Kami Remaja Masjid Racana Suka - Nas mengadakan pengajian untuk memperingati Nuzulul Qur'an serta pembagian hadiah lomba-lomba tujuhbelasan kemarin. Siraman rohani dari sang penceramah (hehe, ndak mudeng siapa yang ceramah) membuat hati kita untuk semakin tunduk serta patuh atas segala apa yang sudah di takdirkanNya. Bencana yang menimpa sesungguhnya adalah bentuk cinta Allah kepada kita karena Dia ingin menguji kesabaran dan ketakwaan kita dihadapanNya. Jika kita bersabar dan berserah kepadaNya serta tak mau terus tenggelam dalam keterpurukan Insya Allah, Allah akan meninggikan derajat kita sebagai orang yang beriman dan menambah inventaris saku kita di yaumul Akhir kelak. Aminn...
Huftt... rasanya baru kemarin kita pembukaan puasa disini, tau-tau udah hampir 20 hari kita bobok disini. Bermain dengan anak-anak sini, berbaur dengan warga sini. Hingga akhirnya pada tanggal 22 Agustus kami beranjak kembali ke Yogya dan melanjutkan perjalanan pulang kekampung halaman masing-masing. Begitu pula aku, saat itu keluargaku terlebih ibuku telah menanti kehadiranku dirumah untuk menghabiskan sisa-sisa Ramadhan di rumah. Ramadhan tahun ini memanglah Ramadhan yang berkesan buatku. Jika yang biasanya aku berpuasa ria dirumah, tahun ini sebagian besar aku berpuasa ria di rumah orang serta banyak mengambil pelajaran sebagai bekal nanti kelak hidup dimasyarakat.
Guys... kayaknya aku terlalu panjang lebar ya critanya. Ya memang begitulah adanya. Hingga akhirnya selesai Lebaran dan kita kembali ke aktivitas semula yaitu kuliah dan giat lainnya. Semenjak itu aku masih rajin maen kesana usai lebaran, namun dua bulan terakhir ini aku mulai jarang kesana. Ya alasannya itu tadi, laporan praktikumku yang seminggu ada empat kali. Belum lagi jadwal kuliahku yang seperti anak sekolahan, masuk jam tujuh pagi pulang jam tiga sore, full lagi senin sampai sabtu. Menikmati libur cuma di hari minggu. Hufft. Tapi kata seorang sahabat, kita ndak boleh ngeluh. Karena mengeluh adalah representatif diri kita yang lemah serta tak mampu menyelesaikan pekerjaan (hehe, makasih udah diingatkan :)).
Hingga akhirnya terdengar kabar bahwa kita akan segera meninggalkannya. Bukan meninggalkan, tapi hanya mengurangi aktivitas kita di sana. Kalau dulu TPA seminggu tiga kali mungkin hanya seminggu sekali kita "tilik" kesana. Ya sudahlah ini memang kebijakan dari dewan kok, kita tinggal terima jadinya saja. Tapi all of memories di Desa Brongkol tak kan terlupa dan akan terpatri rapi di hatiku. Mereka adalah keluargaku juga meski secara bilogis tidak teraliri darah mereka dalam darahku. Selamanya kita adalah keluarga dan takkan terpisahkan. :)
0 comments:
Post a Comment