Masa depan bangsa terletak di tangan pemudanya. Jika generasi muda
suatu bangsa dalam keadaan tidak terdidik dan terbelakang, maka hancurlah masa
depan bangsa itu. Suatu hikmah mengatakan, “Jika suatu bangsa ingin jaya di
masa depan. Maka cerdaskanlah anak-anak bangsa itu.” Inilah hukum sejarah yang
telah dibuktikan oleh umat terdahulu. Pengalaman hidup juga mengajarkan,
mencerdaskan anak yang tidak seimbang akan membuat jiwanya labil. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya kasus bunuh diri dikalangan remaja diberbagai
tempat di Indonesia.
Orang tua dan para pendidik mempunyai peran besar dalam mencerdaskan anak. Mereka tidak hanya dituntut untuk membimbing anak agar dapat memecahkan soal-soal pengetahuan umum dan eksak saja, tetapi juga dituntut untuk dapat mengarahkan dan menunjukkan jalan hidup yang benar, yaitu jalannya orang-orang yang bertaqwa.
Orang tua dan para pendidik mempunyai peran besar dalam mencerdaskan anak. Mereka tidak hanya dituntut untuk membimbing anak agar dapat memecahkan soal-soal pengetahuan umum dan eksak saja, tetapi juga dituntut untuk dapat mengarahkan dan menunjukkan jalan hidup yang benar, yaitu jalannya orang-orang yang bertaqwa.
Barulah pendidikan
itau disebut berhasil bila dapat menjadikan mereka memiliki multi intelligence.
Tidak hanya cerdas intelektualnya, tapi juga cerdas emosional, spiritual dan
hati nuraninya. Dengan kata lain, mereka mampu menguasai IPTEK serta memiliki
IMTAQ yang tinggi dan seimbang. Banyak orang
berpandangan bahwa tugas mencerdaskan anak adalah tugas para guru dan sekolah
saja. Pandangan orang seperti itu akan membuat orang tidak peduli terhadap
pendidikan anak-anaknya perkembangan belajar, kepribadian dan moral anak tidak
diketahui oleh orang tuanya. Baru setelah anaknya bermasalah oreng tua
menelisik sebab musabab kesalahan tersebut ke sekolah. Selanjutnya, guru dijadikan
kambing hitam sebagai akibat dari kegagalan pendidikan anaknya.
Pendidik yang
paling utama adalah orang tua itu sendiri. Kesadaran hal ini, akan memberikan
pengaruh positif dalam pembentukan tanggung jawab dan pengkondisian lingkungan
keluarga. Orang tua akan berusaha untuk memberikan motivasi yang lebih baik
kepada putra putrinya. Mereka akan siap menjadi guru sejati dan abadi bagi
anak-anaknya.
Menciptakan
lingkungan keluarga yang kondusif bagi pendidikan anak sangatlah penting. Di
saat gencarnya serangan informasi memenuhi rumah kita, setiap orang tua harus
siap mewaspadainya. Siaran televisi dari berbagai channel baik yang bersal dari
dalam negeri maupun luar negeri dewasa ini sangat mudah di akses. Dalam satu
sisi, kondisi ini bisa saja menguntungkan, sebab dalam tempo yang sesingkatnya
dapat diperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya. Pengetahuan kita bertambah
banyak, wawasan kita bertambah luas karenanya. Namun di sisi lain kondisi ini
juga sangat mencemaskan. Televisi tidak hanya menyiarkan informasi yang positif
dan membangun saja. Adakalanya tayangan itu merusak imajinasi anak dan
menggerus keimanan, menyebarkan kekerasan dan kemaksiatan serta membuat orang
malas dan enggan beraktivitas.
Anak-anak kita
yang seharian duduk di depan televisi dengan siaran yang tidak terkontrol dan
tanpa bimbingan orang tua, bisa merusak mental dan moral anak. Tidakkah kita
ingat akan kasus pembunuhan dan pemerkosaan oleh anak terhadap anak lainnya
karena meniru suatu adegan di televisi. Telah banyak anak kita menjadi korban.
Ini merupakan akibat dari boom informasi dalam era global yang sulit dihindari.
Sudah saatnya kita hentikan.
Perlu kita ingat,
bahwa hal-hal negatif yang dipertontonkan terus menerus nantinya akan menjadi
suatu kewajaran. Sebaliknya, kebenaran dan kebajikan yang tidak pernah
dipresentasikan akan dipandang sebagai sesutau yang asing dan dijauhi. Masih
banyak tantangan yang kita hadapi dan kendala yang harus diwaspadai dalam upaya
membangun etika dan moral anak-anak bangsa ini.
Sumber : Majalah MPA edisi 298 / Juli 2011
0 comments:
Post a Comment