Tuesday, October 14, 2014

Kurang Lebih Dia Seperti Ayahku

Selalu aku bilang bahwa, ayahku adalah ayah juara satu sedunia akhirat. Aku sayang banget sama ayahku. Dialah cinta pertama dan terakhirku kedua setelah ibukku. Ayahku adalah ayah terbaik sepanjang masa. Dengan sifatnya yang tenang dan suka damai. Kebijaksanaannya dalam memimpin keluarga kami. Suri tauladan bagi anak-anaknya. Selalu aku terharu ketika ayahku cerita tentang masalah yang menimpanya kepadaku. Bahkan, ketika ayah curhat tentang ibuk yang galak dan nggak puasan dalam menerima sesuatu pasti ayah cerita. Dan jika curhat masalah ibuk, ayah selalu berpesan kepadaku jadilah istri dan seorang ibu yang patuh dan taat kepada suaminya. Terima dengan ikhlas apapun pemberian suami dan sabar dalam mengurus anak-anak dan mengelola rumah. Aku selalu hampir menangis ketika ayah berpesan itu. Ayah, doakanlah anakmu ini seperti yang engkau inginkan. :-) 

Ayahku sangat disegani di masyarakat didaerah tempat tinggalku. Sampai-sampai segala urusan masjid dan diniyah ayahku juga ikut nimbrung. Emang sih, dulu ayahku adalah ketua yayasan Al-Hikmah yang terdiri dari PAUD, RA, Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Diniyah. Tapi, sekarang sudah ganti kok, ayahku cuma jadi anggota aja. Tetapi ada yang bikin aku sedih. Ayahku pernah cerita, beliau ingin sekali adanya regenerasi khotib dan imam masjid didekat rumahku. Karna hampir tiap hari jum'at. Selalu yang khutbah ayahku dan nanti pasti dirapel sama imam sholatnya sekalian. Ayah pengen agar yang melakukan itu semua bukan hanya ayah, tapi juga pemuda-pemuda yang oleh ayah sudah dianggap mampu untuk menjadi imam sholat. Namun, sampai saat ini tidak ada yang mau gantiin posisinya ayah. Terkadang aku juga sedih lihat ayah begitu. Nggak ada yang bantuin. Jika mendengar suara adzannya dari mikrofon masjid, selalu kuteteskan air mata. Betapa besar pengorbanan ayahku untuk kemakmuran dan kemajuan Masjid di dusun kami ini. Ya Allah, berikanlah selalu kesehatan untuk ayahku, lancarkanlah rizki untuknya untuk menghidupi aku dan ibukku. :)

Pernah suatu saat ayahku berpesan kepadaku ketika aku mau balik ke Jogja. Ayahku bilang "Kamu sudah besar, kamu sudah dewasa, saatnya kamu mencari teman hidup, jangan jauh-jauh, biar nanti kamu dekat dengan bapak dan ibuk." Pesan itu disampaikan beliau hampir setengah tahun yang lalu. Rupa-rupanya mungkin itu adalah tanda-tanda dari bapak untuk aku segera menikah. Menapaki usiaku yang menginjak 21 tahun ini, mungkin sudah membuat Ayah ingin aku punya pendamping hidup. Iya, aku punya suami. Tapi Ayah, sampai saat in aku belum bertemu dengan calon pendamping hidupku. Aku selalu bersabar Ayah, aku nggak ingin mendahului. Takdirku sebagai seorang perempuan hanyalah menunggu. Ayah, doakanlah anakmu ini semoga Allah memberiku pendamping yang sepertimu. Sabar, sayang dan penuh perjuangan. Ayah, betapapun selalu aku merindumu disetiap kesempatan. Merindumu ketika ku mencium legam tanganmu dan memeluk hingga aku bisa mengendus bau khas keringatmu. Ayah, aku sayang ayah, sayang banget. Semoga nanti ku miliki pendamping hidup sepertimu Ayah. :)
Share: