Tuesday, February 26, 2013

Homeostasis pada Penderita Hipertensi oleh Protein ANP



Homeostatis adalah keadaan dalam tubuh suatu makhluk hidup yang mempertahankan konsentrasi zat dalam tubuh, khususnya darah agar tetap konstan. Sehingga homeostasis merupakan mekanisme pengaturan untuk mempertahankan kestabilan internal tubuh. Kata stabil dalam homeostasis ini tidak sama dengan kaku namun stabil tersebut dapat bervariasi dalam limit atau batasan tertentu serta merupakan suatu proses yang dinamis. Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali hal yang dapat mempengaruhi atau mengubah lingkungan eksternal tubuh. hal itu akan berdampak pada gangguan pada struktur dan fungsi tubuh. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem yang dapat menjaga agar semuanya dapat kembali pada bentuknya semula. Disinilah homeostasis berperan. Melalui berbagai mekanisme umpan balik baik negatif maupun positif, tubuh akan berusaha secara maksimal untuk menanggulangi keadaan tersebut.
Suatu kondisi dimana tekanan darah berada diatas normal disebut dengan hipertensi. Hipertensi sering disebut sebagai the silent disease. Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi dikenal pula sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial ekonomi (Astawan, 2003). Hipertensi adalah suatu penyakit yang tidak menimbulkan gejala (asimptomatik). Apabila tidak terkontol maka akan menyebabkan terjadinya gangguan pada organ-organ tubuh, seperti otak, jantung, ginjal, retina, aorta dan pembuluh darah tepi (Santoso, 1989).
Dalam keadaan hipertensi, tubuh akan melakukan regulasi homeostasis agar kondisi tekanan darah normal kembali. Seseorang dikatakan menderita hipertensi, apabila tekanan arteri rata-ratanya lebih tinggi daripada batas atas yang dianggap normal. Apabila dalam keadaan istirahat tekanan arteri rata-rata lebih tinggi 110mmHg (normal dianggap sekitar 90 mmHg) maka hal ini dianggap hipertensi. Nilai tersebut terjadi bila tekanan darah diastolik lebih besar dari 90 mmHg dan tekanan sistolik lebih besar dari kira-kira 135-140 mmHg. Pada hipertensi berat, tekanan arteri rata-rata dapat meningkat sampai 150 hingga 170 mmHg, dengan tekanan diastoliknya setinggi 130mmHg dan arteri sistoliknya kadang sampai setinggi 250 mm Hg (Guyton dan Hall). 

Berdasarkan gambar diatas dapat dijalaskan bahwa keadaan homeostasis tubuh dapat mengalami gangguan yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti : stress fisik (trauma, suhu yang tinggi) perubahan kimia (penurunan O2 atau pH, peningkatan CO2 atau prostagladin) dan peningkatan aktivitas jaringan. Gangguan homeostasis tersebut akan mengakibatkan tekanan darah dan aliran darah berkurang pada jaringan, sehingga akan merangsang autoregulasi lokal.
Pada saat terjadi gangguan homeostasis akibat terjadi peningkatan volume darah dan tekanan darah, maka peranan peptide natriuretik atrium (ANP = atrial natriuretic peptide) sangat penting dalam mengembalikan volume darah dan tekanan darah kembali normal. ANP merupakan protein yang di produksi oleh sel-sel otot jantung pada dinding atrium kanan pada saat diastole (Martini, 2001). Jadi, ANP dikeluarkan pada saat volume darah meningkat dan atrium jantung meregang secara berlebihan. ANP memasuki sirkulasi dan bekerja pada ginjal untuk menyebabkan sedikit peningkatan GFR dan penurunan reabsorpsi natrium oleh duktus koligentes. Kerja gabungan dari ANP akan menimbulkan peningkatan eksresi garam dan air yang membantu mengkompensasi kelebihan volume darah (Guyton dan Hall, 1997). ANP dapat menurunkan volume darah dan tekanan darah dengan beberapa cara yaitu meningkatkan ekskresi ion sodium pada ginjal, meningkatkan pengeluaran air dengan menaikkan volume urin yang diproduksi, mengurangi rasa haus, menghambat pelepasan ADH, aldosterone, epinephrine dan norepinephrine serta menstimulasi vasodilatasi peripheral. Pada saat volume darah dan tekanan darah menurun ANP tidak di produksi oleh dinding atrium (Martini, 2001). 
Dalam kasus hipertensi ini, mekanisme homeostasis ini melibatkan adanya feedback negatif, yang mana hasil dari feedback negatif ini adalah merubah suatu deviasi / penyimpangan terhadap set point ke arah sebaliknya atau bisa dikatakan normal kembali. Komponen mekanisme homeostasis pada penderita hipertensi oleh protein ANP terdiri atas variabel, sensor (reseptor), integrator, set poin dan efektor. Variabel pada kasus hipertensi ini adalah tekanan darah yang berada diatas normal, sehingga didapatkan bahwa set pointnya berkisar antara 90 – 110 mmHg, pada kondisi tersebut tekanan darah bisa dikatakan normal. Sensor (reseptor) yaitu untuk mendeteksi perubahan variabel dan mengirimkan informasi tersebut ke pusat kontrol. Pada kasus hipertensi, sensor bisa dikatakan sebagai gejala atau tanda yang menjadi indikasi awal terjadinya peningkatan tekanan darah diatas normal. Biasanya, orang yang terkena hipertensi ditandai dengan sakit kepala atau pusing yang disebabkan oleh stress fisik (trauma, suhu  yang tinggi) perubahan kimia (penurunan O2 atau pH, peningkatan CO2  atau prostagladin) dan peningkatan aktivitas jaringan. Dalam semua sistem yang menjadi integrator adalah otak yaitu hipotalamus. Hipotalamus memerintahkan jantung untuk memproduksi protein ANP (atrial natriuretic peptide). ANP merupakan protein yang di produksi oleh sel-sel otot jantung pada dinding atrium kanan pada saat diastole yang sangat penting dalam mengembalikan volume darah dan tekanan darah kembali normal. ANP bekerja pada ginjal untuk menyebabkan sedikit peningkatan GFR dan penurunan reabsorpsi natrium oleh duktus koligentes. Hasil Kerja gabungan dari ANP akan menimbulkan peningkatan eksresi garam dan air yang membantu mengkompensasi kelebihan volume darah, inilah yang menjadi efektor dalam komponen mekanisme homeostasis pada kasus hipertensi ini yaitu volume urin yang diproduksi semakin banyak dikarenakan ANP meningkatkan ekskresi ion sodium pada ginjal.
Homeostasis pada kasus hipertensi ini melibatkan mekanisme pengaturan melalui ginjal. Dalam hal ini ginjal berfungsi melalui dua mekanisme penting, yaitu mekanisme hemodinamik dan mekanisme hormonal. Bila tekanan arterinaik melewati batas normal, tekanan yang besar dalam arteri renalis akan menyebabkan lebih banyak cairan yang disaring sehingga air dan garam yang dikeluarkandari tubuh juga meningkat. Hilangnya air dan garam akan mengurangi volume darah dan sekaligus menurunkan tekanan darah kembali normal.
Share:

Analisis Kurikulum 2013 berdasarkan Artikel “Empat Masukan Penting Untuk Kurikulum 2013”






Empat Masukan Penting Untuk Kurikulum 2013 (Metrotvnews.com, Jakarta: Minggu, 2 Desember 2012 03:36 WIB)

Empat masukan penting bagi dilaksanakannya kurikulum 2013 diluncurkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai ajaran tahun depan.
 
Demikian dikemukakan pengamat pendidikan HAR Tilaar dalam uji publik kurikulum 2013 yang berakhir, Jumat (30/11) lalu.

Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang turut hadir dalam uji publik itu membeberkan empat masukan tersebut. Pertama, implementasi kurikulum baru tergantung kualitas guru. Kedua, komitmen pemerintah daerah turut menentukan sehinggga diperlukan revisi Undang Undang Otonomi Daerah. Ketiga, penggabungan mata pelajaran seperti IPA-IPS di tingkat SD perlu ditinjau kembali. Sedangkan yang terakhir, diperlukan petunjuk pelaksanaan yang jelas dalam implementasi kurikulum 2013.

"Jangan seperti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sejak diluncurkan tahun 2006 tidak ada petunjuk sehingga gagal," kata Tilaar.
Aktivis guru, Retno Listyarti, sependapat dengan Tilaar. Penggabungan mapel IPA-IPS mesti dicermati. "Saya setuju pendapat Pak Tilaar bahwa pengabungan IPA dan IPS harus dicermati dengan seksama. Lebih tepat justru Bahasa Indonesia yang dimasukan dalam mata pelajaran IPA dan IPS," cetusnya.

Ia memisalkannya dalam konteks memahami bacaan, namun hemat dia hal ini pasti menimbulkan kontra karena tak mungkin menghilangkan mata pelajaran Bahasa Indonesia karena nanti dianggap tidak nasionalis.

"Jadi yang benar seharusnya tidak menghilangkan IPA dan IPS. Kalaupun pemerintah ngotot, maka saya setuju pendapat Darmaningtyas untuk kelas I-III saja IPA-IPS diintegrasi. Kelas IV-VI harus menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri," ujar Retno, Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) itu.

Untuk pembelajaran tematis, lanjut guru PPKn SMAN 13 Jakarta ini, para guru cenderung mudah melaksanakan pada level kelas I-III, kalau di kelas IV-VI lebih sulit menerapkan pembelajaran tematik. (MI/RZY).


Komentar :

Berita tersiarnya akan perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia telah begitu lama bergema. Sehingga para pendidik terlebih sebagai guru sebagai agen terpenting dalam pendidikan  mereka-reka, kurikulum seperti apakah yang akan dicanangkan di tahun 2013 mendatang?. 

Bisik telisik ternyata di kurikulum 2013 ini banyak perubahan yang akan dilakukan pada sistem pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah mengurangan mata pelajaran di tingkat Sekolah Dasar (SD) akan  tetapi penambahan jam mata pelajaran juga diberlakukan. Untuk tingkat sekolah dasar (SD), kurikulumnya akan bersifat tematik integratif. Alhasil dari 10 mata pelajaran  menjadi 6 mata pelajarannya Jumlah jam belajar pun akan bertambah  menjadi 6 jam. Sementara itu, untuk kurikulum SMP, SMA, dan SMK pendekatannya adalah di mata pelajarannya. Dengan demikian tidak banyak perubahan dari jumlah mata pelajaran.

Selain itu penggabungan mata pelajaran IPA-IPS dirasa akan memberatkan bagi guru yang mengampu. Bagaimana tidak, secara otomatis Guru harus menguasai materi IPA yang basic-nya dibidang sains, sedangkan IPS yang berlatar belakang ilmu sosial. Untuk itu pelaksanaan kurikulum 2013 ini harus diimbangi dengan pemupukan kualitas dari guru itu sendiri. Sehingga antara kurikulum dan subyek yang akan melaksanakan kurikulum itu sendiri harus selaras.

Tapi, dari keseluruhan komponen dalam kurikulum 2013 tentu ada kelebihannya. Salah satunya adalah diwajibkannya Ekstrakurikuler Pramuka untuk SD dan SMP. Opini saya, lewat diwajibkannya ekstrakurikuler Pramuka ini diharapkan dapat membentuk karakter pada peserta didik terlebih dari tingkat dasar (SD). Komponen pendidikan karakter telah termaktub dalam Dasadharma Pramuka. Berikut isi dari Dasadharma Pramuka :
1.      Takwa kepada Tuhan Yang Maha  Esa
2.      Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia
3.      Patriot yang sopan dan ksatria
4.      Patuh dan suka bermusyawarah
5.      Rela menolong dan tabah
6.      Rajin, terampil dan gembira
7.      Hemat, cermat dan bersahaja
8.      Disiplin, berani dan setia
9.      Bertanggung jawab dan dapat dipercaya
10.  Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan
Jika sedari dini peserta didik telah dikenalkan dengan pramuka dan telah terpatri dalam dirinya Dasadharma pramuka, tentu pendidikan karakter  akan tertanam ke dalam jiwa peserta didik umumnya kepada calon pemuda pemudi Indonesia yang akan menjadi tonggak penerus perjuangan  Bangsa Indonesia dimasa mendatang.
Share: