Friday, December 30, 2016

Saling Menjaga - Letto

Yang terjadi biarkanlah saja tuk menjadi,
Yang menjadi jangan ada untuk di sesali,
Kau tau semua ini datang dari mimpi,
Sebuah mimpi yang sejak lama kita hidupi,

Yang terjadi adalah bagian dari cerita,
Yang terjadi bisa malah membuat kita terjaga,
Tak perlu kau menunjukkan jarimu ke muka,
Sebelum sama-sama bisa untuk berkaca,

Renungkanlah...

Setelah semua badai yang berhembus telah reda,
Tertinggalah kita yang semakin dewasa,
Setelah semua badai yang terjadi tlah tiada,
Tertinggalah diriku dan dirimu,
Saling menjaga...

Yang terjadi adalah bagian dari cerita,
Yang terjadi bisa malah membuat kita terjaga,
Tak perlu kau menunjukkan jarimu ke muka,
Sebelum sama-sama bisa untuk berkaca,

Renungkanlah...

Setelah semua badai yang berhembus telah reda,
Tertinggalah kita yang semakin dewasa,
Setelah semua badai yang terjadi tlah tiada,
Tertinggalah diriku dan dirimu,
Saling menjaga...

Renungkanlah...

Setelah semua badai yang berhembus telah reda,
Tertinggalah kita yang semakin dewasa,
Setelah semua badai yang terjadi tlah tiada,
Tertinggalah diriku dan dirimu,

Tertinggalah diriku dan dirimu,
Saling menjaga...

#prayforINDONESIA
Share:

Kesalahan Kedua



Wahai hati... masihkah engkau bersih?. Segeralah mohon ampun jika hatimu mulai berbelok dari-Nya.

Adalah kesalahanku melayani pertanyaanmu tempo lalu. Adalah kebodohanku masih beri perhatian kepadamu. Dan, maafkan aku telah berbohong. Sampai saat ini aku tak bisa memberimu kepastian. Sepertimu yang tak kunjung beriku kepastian meski sudah seringkali kau beriku penjelasan.

Aku sudah sering patah hati, oleh harapku sendiri. Dan aku tak mau itu kembali terjadi, meski kau tawarkan rasa cinta dalam hati. 

Kau bukanlah orang baru. Kau sudah lama bersemayam dihati. Namun, aku tak benar-benar menyimpanmu dalam hati. Karena, jauh darimu dan jarang bertemu itulah alasanku untuk tidak benar-benar mengharapmu.

Masih ingat betul, ketika kau membolak balik perasaanku. Saat aku berusaha untuk belajar dan begitu cepat kau rusak. Aku sakit, sakit sekali.

Namun, aku segera sadar. Ini adalah bagian doa yang sering kupanjatkan.
Waktu berlalu cepat dan kau mengejarku hingga kini, hingga saat ini. Kau pintakan maaf yang terus berurai dari mulutmu. Ketahuilah, aku sudah memaafkanmu, meski luka itu tetap membekas dan takkan pernah bisa hilang.

Aku telah membuat kesalahan kedua. Mengharapmu lagi seolah kau benar-benar yang terakhir. Nyatanya, semakin kesini, bukannya semakin yakin tetapi semakin terasa sakit. Maafkan, jika harus kuputuskan silaturahmi ini. 

Aku  harus mengobati hatiku dulu sebelum bisa menerimamu atau orang lain yang akan tinggal selamanya dihati.

Sekarang, aku lebih nyaman seperti ini. Tak ada dirimu di kontak bbm, whatshapp maupun line. Maafkan aku telah memutus semua kontak darimu. Ketahuilah, aku tak ingin terlalu sakit.

Aku harus segera kembali, membersihkan diri, memantaskan diri dan hanya mengharap kepada Illahi Robbi. Untuk semua skenario kehidupan ini. Aku hanya wayang sang Tuhan, yang lemah tak berdaya.

Mohon ampun pada-Mu, Yaa Rahmaan, sejatinya cinta yang sempurna adalah cinta-Mu kepadaku yang takkan pernah berlalu.
Share:

Wednesday, August 24, 2016

Ephemera, suatu Anestesi Hati

Seperti judulnya, bagi saya Ephemera adalah suatu sastra fiksi penghilang rasa sakit (hati) atau anestasi hati. Ephemera menjadi salah satu reminder bagi saya, bahwa ketika rasa sakit itu menyergap, saya masih memiliki-Nya dan Dia yang memiliki saya.
Beruntung bisa berkenalan dengan Ephemera saat itu. Saat saya sedang diambang kebosanan menyelesaikan skripsi setahun silam, tepatnya di Mei 2015. Ephemera memberikan angin segar, dikala hati dan fikiran berkecamuk membentur memoar-memoar cinta dan cita.
Saat itu, saya sedang mengerjakan tugas akhir sembari mendengarkan koleksi dari Letto. Sesekali juga melalang buana di dunia maya dan mampir di beranda facebook. Detik itu, ada teman yang posting tentang sebuah novel yang berjudul Ephemera. Apa? Ephemera? Kayak judul lagunya Letto ya, pikirku saat itu. Karena penasaran langsung deh searching di dunia maya tentang novel Ephemera dan langsung ditujukan ke pojok biru-nya mbak Himsa. Mouse laptop lari ke atas, ke bawah, saking asyiknya baca-baca di pojok biru-nya mbak Himsa. Ah, baru sekalinya bertemu, rasanya seperti jatuh cinta pada pandangan pertama dengan cerita-ceritanya.
Ephemera menawarkan sejuta kisah yang sering kita temukan di keseharian. Namun apa yang dituliskan, itulah yang tak sampai kita fikirkan. Kisah yang ditawarkanpun tak muluk-muluk dan semuanya bermuara pada satu kata, yaitu cinta. Suatu kata yang mengisyaratkan keindahan dan kedamaian. Cinta-pun tak hanya melulu kepada manusia tapi juga kepada keadaan. Jadi, jika di sekitar ada (cinta) yang tak menyatu, barangkali itu bukan cinta dan itu (perlu) dipertanyakan. :D
Masih dengan cinta. Kecintaan kepada sesuatu juga  perlu dipertimbangankan. Janganlah sampai berlebihan atau terlalu kekurangan. Untuk itu, dalam memaknai cinta diperlukan pemahaman dan keikhlasan. Keikhlasan untuk siap menerima kehilangan, dan keikhlasan untuk siap mendapatkan yang lebih baik, seperti rumus yang dibuat Xizi dan Sasa semasa kuliah (hilang + Ikhlas = kembali).
Dan yang paling memotivasi saya untuk tumbuh menjadi manusia yang lebih baik adalah selagi kita bisa dan mampu, lakukanlah yang terbaik. Selebihnya biar Tuhan yang mengatur. Kalimat itu bukan berarti kalimat pasrah akan suatu keadaan. Tapi suatu kalimat yang membangkitkan, bahwa sejatinya kita bisa lebih baik di esok hari daripada hari ini dan hari lalu. Tuhan sendiri yang akan bekerja dengan takdir-Nya. Memberikan apa yang menurutnya terbaik untuk kita, meski kadang kita tak mengerti maksud yang dikandungnya. Tak banyak yang paham, bahwa itulah bukti cinta Tuhan kepada kita.
“Kamu boleh memandang langit, tapi tak perlu melayang-layang di langit. Kamu boleh menikmati perasaanmu, tapi jangan biarkan harapan itu tumbuh. Ingatlah, jika anganmu tak sesuai harapan akan kecewa semaunya.”. Kalimat ini menohok banget bagi saya. Sebagai wanita yang mudah jatuh cinta, memiliki rasa seperti ini begitu menyakitkan. Sakit memang, tapi saya menikmatinya. Itulah prinsip yang saya pilih sebelum menikah. Karena saya tidak bisa mencintai laki-laki yang belum sah meminta restu dari ayah. Seperti pesan Ayah, janganlah mendahului takdir, siapa tahu Tuhan sudah pilihkan takdir terbaik untukmu. Bersabar dalam penantian. Pantaskan diri dalam ketaatan. Dan Ephemera selalu menjadi obat penenang ketika hati sudah mulai berontak kesakitan.
Terimakasih mbak Himsa untuk Ephemeranya. Pojok birunya selalu jadi inspirasi untuk terus perbaiki diri menjadi wanita yang tangguh dan mandiri serta berdaya. Meski dikedalaman hati ingin ini itu, tapi jika tak disertai ridho-Nya, rasanya tak ada artinya. Dan, sekarang, bersiap untuk menerima Teka-teki rasa yang pasti akan semakin membuat hati berkibar debar.
Share:

Monday, June 6, 2016

Mengenali 3 kolom tambahan di Silabus Pembelajaran (TM, PT, KMTT)

 Hasil gambar untuk silabus


Syalalalalala... syalalalalalaa...

Sekolah gue mau akreditasi cui. Hajat besar bagi sekolah swasta kayak sekolah gue sekarang. Then, banyak hal yang harus dipersiapkan. Mulai dari persiapan administrasi guru, administrasi kelas, sampai tetek bengek sarana prasarana yang meliputi  abrakan di lab (Lab? iye, karna gue titelnya Guru Biologi jadi punya hubungan khusus gitu dengan Laboratorium IPA).

Next, kemaren gue dapat amanah dari Tim Akreditasi untuk ngumpulin berkas silabus dan RPP. Dan, karna gue titelnya Guru Biologi yang termasuk dalam 11 Mata Pelajaran IPTEK alias Ilmu Pengetahuan danTeknologi, maka gue diminta bikin RPP dan silabus spesial juga, tapi spesialnya nggak pake telor ya. Hikhikhik. 

Jadi... apa yang spesial dari RPP dan Silabus gue??? Kata Miss Lisa, waka Kurikulum di sekolah, Silabus ane kudu ditambahi bentuk kegiatan yang terdiri dari 3 kolom tambahan. What? ditambah 3 kolom. Kolom-kolom segitu yang buat Silabus biasanye aja udah banyak binggo apalagi kalo ditambah 3 kolom. Omegat, nggak muat keles kertasnya. Setelah diskusi panjaaaaang dengan Miss Lisa, menurut beliau ada beberapa kolom dari (aslinya) silabus itu bisa dikurang. Artinya tidak ditampilkan di bagan silabus lagi. Yang penting di dalam silabus itu memuat SK KD, Indikator, Materi, Kegiatan pembelajaran (awalnya 1 kolom yang di pecah jadi 3 kolom), penilaian, alokasi waktu dan sumber. Alhamdulilah sudah dong saya-nya. :D

Kayaknya kebanyakan mukodimah deh. Hahahaa, oke deh cus ya, jadi 3 kolom tambahan pada kegiatan pembelajaran itu ada TM (tatap muka), TT (tugas terstruktur / ada yang nyebut penugasan terstruktur (PT) dan TMTT (tugas mandiri tidak terstruktur / ada yang nyebut KMTT (kegiatan mandiri tidak terstrukur). Ini masing-masing penjelasannya. Taraaaaa.

Belajar dan Pembelajaran mencakup:
Proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan;
Seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik; Dilakukan secara seksama dengan maksud agar terjadi proses belajar dan membuat berhasil guna dan Perlu dirancang, ditetapkan tujuannya sebelum dilaksanakan, dan dikendalikan pelaksanaannya.

Berdasarkan Standar Isi
Beban belajar diartikan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sistem :
Tatap Muka (TM)
– Penugasan Terstruktur (PT)
– Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur (KMTT)

Prinsip Pembelajaran Berbasis Kompetensi
1. Berpusat pada peserta didik;
2. Pembelajaran terpadu;
3. Memahami keunikan peserta didik;
4. Menerapkan prinsip pembelajaran tuntas;
5. Pemecahan masalah;
6. Multi strategi; Guru sebagai fasilitator, motivator, dan nara sumber


Pembelajaran Tatap Muka (TM) :
Kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi langsung antara peserta didik dan pendidik.

Penugasan Terstruktur (PT) :
Kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi untuk peserta didik, dirancang guru untuk mencapai kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan ditentukan oleh guru. Dalam kegiatan ini tidak terjadi interaksi langsung antara guru dengan peserta didik.

Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur (KMTT) :
Kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi untuk peserta didik, dirancang guru untuk mencapai kompetensi . Waktu penyelesaian penugasan ditentukan oleh peserta didik dan tidak terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik.

Sumber: Bintek KTSP 2009 dan blog tetangga :D



Itu cyinn, jadi kita sebagai guru, nggak cuma ngajar doang njuk menggugurkan kewajiban. Tidaaaak, tidak. Sebagai guru atau seorang pendidik kita dituntut untuk memberi tahu (transfer ilmu secara lahir) dan repair perilaku (mendidik secara batin).
Karena sejatinya pekerjaan yang paling mulia adalah mendidik calon-calon Khalifahnya Allah. Semoga kita, para guru, para pendidik selalu diridhoi jalan-Nya dalam mendidik anak-anak kita.
Share: