Pada awal tahun 2014,
Bangsa Indonesia tengah mengalami kedukaan yang mendalam akibat bencana yang
kini tengah menyita perhatian masyarakat nasional maupun internasional. Salah
satu bencana yang kini masih berlangsung adalah aktivitas Gunung Sinabung yang
sudah puluhan kali memuntahkan awan panasnya di daerah Tanah Karo, Sumatera
Utara. Peristiwa erupsi Gunung Sinabung ini telah memaksa ribuan warga sekitar
untuk mengungsi ditempat yang lebih aman. Dalam pemberitaan media massa
dikabarkan banyak warga yang kehilangan harta benda bahkan sanak saudara akibat
tersiram abu panas Gunung Sinabung. Berdasarkan info dari Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNBP) hingga saat ini korban meninggal dunia akibat
efek dari erupsi Gunung Sinabung telah mencapai 16 orang.[1]
Erupsi Gunung Sinabung
merupakan salah satu bencana nasional yang kini tengah terjadi. Di sisi lain,
kedukaan Indonesia tidak hanya meluap sampai di situ. Hujan yang terus menerus
mengguyur dari Desember lalu, telah mengakibatkan bencana banjir yang merendam
sebagian besar wilayah di Indonesia. Tak hanya itu, dibeberapa daerah sempat terjadi
tanah longsor akibat lemahnya ketahanan tanah karena minimnya penanaman lahan
kosong. Bahkan, beberapa saat lalu Pulau Jawa juga digoncang gempa yang
mengakibatkan puluhan rumah warga roboh. Dengan begitu lengkap sudah bencana
yang terjadi di Indonesia dalam kurun waktu yang hampir bersamaan.
Banyaknya peristiwa
bencana yang sering terjadi di Indonesia, bukanlah tanpa sebab. Menurut Science For a Changing World, Indonesia termasuk negara rawan bencana. Hal
ini dikarenakan negara ini terletak di cincin api pasifik dengan 452 gunung
berapi dan terjepit tiga lempeng yakni Eurasia, Pasifik dan Hindia Australia.[2]
Kondisi ini menyebabkan Indonesia menjadi salah satu lahan subur gempa, bencana
gunung meletus, dan tsunami. Melihat kondisi geografis dan geologis Indonesia,
sudah menjadi keharusan bagi seluruh warga masyarakat Indonesia untuk melek
bencana serta memiliki sikap waspada siap siaga.
Upaya dalam memberikan
pengetahuan tentang bencana alam perlu dilakukan agar jika suatu saat bencana
datang masyarakat bisa mengambil langkah cepat dan tepat untuk segera menyelamatkan
diri. Hal ini bisa dilakukan dengan kegiatan sosialisasi tentang penyelamatan
diri kala gempa, banjir, gunung meletus, tanah longsor, tsunami dan alangkah
lebih baik jika di mulai dari bangku sekolah dasar. Selain itu, juga dapat
dilakukan penyuluhan kepada warga masyarakat setempat mulai dari rukun tetangga
hingga kelurahan.
Gerakan
Pramuka sebagai organisasi pendidikan non formal diluar sekolah dianggap mampu
berperan dalam rangka ikut serta dalam upaya sosialisasi penyelamatan diri dan
penanggulangan di saat bencana datang. Gerakan Pramuka sendiri memiliki program
Pramuka Peduli yang bertujuan untuk turut serta menyelesaikan berbagai
permasalahan yang selama ini tengah dihadapi oleh anak bangsa, termasuk dalam
upaya pengembangan sumber daya manusia, penanggulangan bencana dan pelestarian
lingkungan hidup melalui program pramuka peduli. Program ini, dimaksudkan untuk
lebih memberikan arah kepada anggota Gerakan Pramuka agar lebih peduli terhadap
lingkungan masyarakat yang pada saat ini sedang mengalami musibah dan bencana,
serta tantangan yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia di masa depan. Melalui
pramuka peduli diharapkan edukasi tentang penanggulangan bencana seperti yang
telah dicanangkan sebelumnya dapat terlaksana secara nyata sebagai bentuk upaya
sosialisasi penyelamatan diri dan penanggulangan bencana dimulai sejak dini.
Pramuka
dianggap mampu berperan dalam mendukung upaya sosialisasi dan pengenalan
bencana sejak dini. Bahkan, sejak diberlakukannya kurikulum 2013, pramuka ikut
andil dalam kegiatan ekstrakuriler wajib bagi peserta didik sekolah dasar dan
menengah pertama. Secara otomatis, setiap anak akan diwajibkan untuk selalu
hadir dalam kegiatan latihan rutinan yang dilakukan di gugus depannya. Disini,
peran pembina dibutuhkan dalam upaya sosialisasi bencana lewat pemberian materi-materi
yang berkaitan dengan bencana dan penaggulangannya saat latihan berlangsung. Berprinsip
pada “belajar sambil bermain”, secara tidak langsung peserta didik akan dapat
menerima materi dengan gembira bahkan akan mudah diingat sehingga mampu
menciptakan sikap tanggap dan tangguh bagi peserta didik. Sejatinya, pendidikan
kepramukaan tidak hanya berperan sampai disitu saja, namun berpedoman pada
dasadharma dan trisatya akan dapat membantu membentuk peserta didik lebih
mandiri, sigap dan tanggap dengan sekitarnya.
Dengan cara-cara yang
biasa dilakukan dalam latihan pramuka, materi tentang penyelamatan diri dan
penanggulangan bencana dapat diberikan kepada peserta didik dengan menggunakan
media bernyanyi, tepuk dan games
ringan. Namun, dibalik itu semua peran pembina sangat dibutuhkan untuk mengemas
materi secara apik dan kreatif agar pesan yang disampaikan tidak malah membuat
peserta didik takut akan bahaya dan dampak dari bencana itu sendiri.
Diharapkan, adanya
sosialisasi penyelamatan diri dan penanggulangan bencana lewat latihan
kepramukaan, mampu memberikan pengetahuan tentang mitigasi bencana dengan cara
yang fun dan tidak membosankan
melalui nyanyian, tepuk-tepuk maupun permainan. Dengan begitu, pengetahuan
tentang penyelamatan diri dan penanggulangan bencana dapat ditanamkan sejak
dini sehingga peserta didik bisa segera menyelamatkan diri sendiri dan keluarga
jika sewaktu-waktu ada bencana datang.
[1]
Tanti Yulianingsih, BNPB: Korban Tewas Erupsi Gunung Sinabung Jadi 16 Orang, dalam http://news.liputan6.com/read/818477/bnpb-korban-tewas-erupsi-gunung-sinabung-jadi-16-orang
diakses pada tanggal 5 Februari 2014 Pukul 17.05 WIB
[2]
Susan Sutardjo, Dampak Psikologis
Terhadap Korban Bencana Alam, dalam http://susansutardjo.blogdetik.com/tag/dampak-psikologis-terhadap-korban-bencana-alam/
diakses 6 Februari 2014 Pukul 12.35 WIB
0 comments:
Post a Comment