Sunday, February 23, 2014

Kenalkan Bencana Sejak Dini, Pramuka Jadi Solusi



Pada awal tahun 2014, Bangsa Indonesia tengah mengalami kedukaan yang mendalam akibat bencana yang kini tengah menyita perhatian masyarakat nasional maupun internasional. Salah satu bencana yang kini masih berlangsung adalah aktivitas Gunung Sinabung yang sudah puluhan kali memuntahkan awan panasnya di daerah Tanah Karo, Sumatera Utara. Peristiwa erupsi Gunung Sinabung ini telah memaksa ribuan warga sekitar untuk mengungsi ditempat yang lebih aman. Dalam pemberitaan media massa dikabarkan banyak warga yang kehilangan harta benda bahkan sanak saudara akibat tersiram abu panas Gunung Sinabung. Berdasarkan info dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) hingga saat ini korban meninggal dunia akibat efek dari erupsi Gunung Sinabung telah mencapai 16 orang.[1]  
Erupsi Gunung Sinabung merupakan salah satu bencana nasional yang kini tengah terjadi. Di sisi lain, kedukaan Indonesia tidak hanya meluap sampai di situ. Hujan yang terus menerus mengguyur dari Desember lalu, telah mengakibatkan bencana banjir yang merendam sebagian besar wilayah di Indonesia. Tak hanya itu, dibeberapa daerah sempat terjadi tanah longsor akibat lemahnya ketahanan tanah karena minimnya penanaman lahan kosong. Bahkan, beberapa saat lalu Pulau Jawa juga digoncang gempa yang mengakibatkan puluhan rumah warga roboh. Dengan begitu lengkap sudah bencana yang terjadi di Indonesia dalam kurun waktu yang hampir bersamaan.
Banyaknya peristiwa bencana yang sering terjadi di Indonesia, bukanlah tanpa sebab. Menurut Science For a Changing World,  Indonesia termasuk negara rawan bencana. Hal ini dikarenakan negara ini terletak di cincin api pasifik dengan 452 gunung berapi dan terjepit tiga lempeng yakni Eurasia, Pasifik dan Hindia Australia.[2] Kondisi ini menyebabkan Indonesia menjadi salah satu lahan subur gempa, bencana gunung meletus, dan tsunami. Melihat kondisi geografis dan geologis Indonesia, sudah menjadi keharusan bagi seluruh warga masyarakat Indonesia untuk melek bencana serta memiliki sikap waspada siap siaga.
Upaya dalam memberikan pengetahuan tentang bencana alam perlu dilakukan agar jika suatu saat bencana datang masyarakat bisa mengambil langkah cepat dan tepat untuk segera menyelamatkan diri. Hal ini bisa dilakukan dengan kegiatan sosialisasi tentang penyelamatan diri kala gempa, banjir, gunung meletus, tanah longsor, tsunami dan alangkah lebih baik jika di mulai dari bangku sekolah dasar. Selain itu, juga dapat dilakukan penyuluhan kepada warga masyarakat setempat mulai dari rukun tetangga hingga kelurahan.
Gerakan Pramuka sebagai organisasi pendidikan non formal diluar sekolah dianggap mampu berperan dalam rangka ikut serta dalam upaya sosialisasi penyelamatan diri dan penanggulangan di saat bencana datang. Gerakan Pramuka sendiri memiliki program Pramuka Peduli yang bertujuan untuk turut serta menyelesaikan berbagai permasalahan yang selama ini tengah dihadapi oleh anak bangsa, termasuk dalam upaya pengembangan sumber daya manusia, penanggulangan bencana dan pelestarian lingkungan hidup melalui program pramuka peduli. Program ini, dimaksudkan untuk lebih memberikan arah kepada anggota Gerakan Pramuka agar lebih peduli terhadap lingkungan masyarakat yang pada saat ini sedang mengalami musibah dan bencana, serta tantangan yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia di masa depan. Melalui pramuka peduli diharapkan edukasi tentang penanggulangan bencana seperti yang telah dicanangkan sebelumnya dapat terlaksana secara nyata sebagai bentuk upaya sosialisasi penyelamatan diri dan penanggulangan bencana dimulai sejak dini.
Pramuka dianggap mampu berperan dalam mendukung upaya sosialisasi dan pengenalan bencana sejak dini. Bahkan, sejak diberlakukannya kurikulum 2013, pramuka ikut andil dalam kegiatan ekstrakuriler wajib bagi peserta didik sekolah dasar dan menengah pertama. Secara otomatis, setiap anak akan diwajibkan untuk selalu hadir dalam kegiatan latihan rutinan yang dilakukan di gugus depannya. Disini, peran pembina dibutuhkan dalam upaya sosialisasi bencana lewat pemberian materi-materi yang berkaitan dengan bencana dan penaggulangannya saat latihan berlangsung. Berprinsip pada “belajar sambil bermain”, secara tidak langsung peserta didik akan dapat menerima materi dengan gembira bahkan akan mudah diingat sehingga mampu menciptakan sikap tanggap dan tangguh bagi peserta didik. Sejatinya, pendidikan kepramukaan tidak hanya berperan sampai disitu saja, namun berpedoman pada dasadharma dan trisatya akan dapat membantu membentuk peserta didik lebih mandiri, sigap dan tanggap dengan sekitarnya.
Dengan cara-cara yang biasa dilakukan dalam latihan pramuka, materi tentang penyelamatan diri dan penanggulangan bencana dapat diberikan kepada peserta didik dengan menggunakan media bernyanyi, tepuk dan games ringan. Namun, dibalik itu semua peran pembina sangat dibutuhkan untuk mengemas materi secara apik dan kreatif agar pesan yang disampaikan tidak malah membuat peserta didik takut akan bahaya dan dampak dari bencana itu sendiri.
Diharapkan, adanya sosialisasi penyelamatan diri dan penanggulangan bencana lewat latihan kepramukaan, mampu memberikan pengetahuan tentang mitigasi bencana dengan cara yang fun dan tidak membosankan melalui nyanyian, tepuk-tepuk maupun permainan. Dengan begitu, pengetahuan tentang penyelamatan diri dan penanggulangan bencana dapat ditanamkan sejak dini sehingga peserta didik bisa segera menyelamatkan diri sendiri dan keluarga jika sewaktu-waktu ada bencana datang.



[1]  Tanti Yulianingsih, BNPB: Korban Tewas Erupsi Gunung Sinabung Jadi 16 Orang, dalam http://news.liputan6.com/read/818477/bnpb-korban-tewas-erupsi-gunung-sinabung-jadi-16-orang diakses pada tanggal 5 Februari 2014 Pukul 17.05 WIB
[2] Susan Sutardjo, Dampak Psikologis Terhadap Korban Bencana Alam, dalam http://susansutardjo.blogdetik.com/tag/dampak-psikologis-terhadap-korban-bencana-alam/ diakses 6 Februari 2014 Pukul 12.35 WIB
Share:

0 comments: